SEJARAH
SINGKAT KESEHATAN MENTAL
Penyakit gangguan mental sama usianya dengan
manusia. Meskipun secara mental belum maju, nenek moyang homo spesiens
mengalami gangguan-gangguan mental seperti halnya dengan homo spesies sendiri. Mereka
dan keluarga mereka sangat takut dengan predator. Mereka menderita kecelakaan
mental, mereka juga merusak mental orang-orang lain dalam
perkelahian-pekelahian. Sejak itu manusia merasa putus asa selalu berusaha
menjelaskan penyakit-penyakitmental, mengatasinya, dan memulihkan kesehtan
mental. Mula-mula penjelasannya sedeharhana, ia menghubungkan
kekalutan-kekalutan mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang
lain, atau roh-roh jahat.
A.GANGGUAN
MENTAL TIDAK DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
v
(Tahun 1600 dan sebelumnya)
Dukun asli
Amerika (Indian), sering juga disebut sebagai “penyembuh” (healer,shaman) orang
yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan
mejalani ritual penebusan dan penyucian.
Pandangan
masyarakat saat itu menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental
adalah karena dimasuki oleh roh-roh yang ada di sekitar. Mereka dianggap
melakukan kesalahan kepada roh-roh atau menjadi medium dari roh-roh untuk
menyatakan keinginannya. Oleh karena itu, mereka sering kali tidak dianggap
sakit, sehingga mereka tidak disingkirkan dan dibuang seta masih mendapatkan
tempat dalam masyarakat.
v
Tahun 1692
Mendapatkan
pengaruh para imigran dari Eropa yang beragama Nasrani, di Amerika orang yang
bergangguan mental saat itu sering dianggap terkena sihir/guna-guna atau
dirasuki setan. Ini merupakan penjelasan yang diterima secara umum sehingga
masyarakat takut dan membenci mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir.
Bahkan pengadilan pernah memvonis 19 orang untuk digantung karena dianggap
memiliki sihir. Padahal mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir
kemungkinan besar mengalami gangguan mental sehingga hidup mereka tampak aneh
dan berbeda bagi kebanyakan orang.
Sejarah
kesehatan mental di Eropa, khususnya Inggris, agak sedikit berbeda, sebelum
abad ke-17, orang gila disamakan dengan penjahat/kriminal, sehingga mereka
dimasukkan ke dalam penjara.
John Locke
(1690) dalam tulisannya yan berjudul An Essay Concerning Understanding, menyatakan bahwa terdapat derajad kegilaan
dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk
memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal secara terus-menerus. Kegilaan
adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan
pengalaman secara tpat. Pandangan John Locke ini bertahan di Eropa sampai abad
ke-18.
B.
GANGGUAN MENTAL DIANGGAP EBAGAI SAKIT
ü
Tahun 1724
Pendeta Cotton Mather (1663-1728)
mematahkan tahkhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa
dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri. Pada
saat ini benih-benih pendekatan secara medis mulai dikenalkan, yaitu dengan
memberikan penjelasan masalah kejiwaan sebagai akibat gangguan yang terjadi di
tubuh.
Pada
abad ke-17 dan 18 individu yang menderita penyakit mental berada dalam
penderitaan yang besar di tangan masyarakat Amerika. Mereka dilihat sebagai
seorang yang dirasuki setan atau dicirikan sebagai dikuasai sifat-sifat
kebinatangan sehingga mereka menjadi subjek penanganan yang menyedihkan.
Penyiksaan fisik maupun mental merupakan hal yang umum dan penggunaan pembatas
fisik yang meluas seperti jacket yang ketat dengan tangan yang berat dan kaki
yang dirantai-mengeluarkan pasien dari martabat dan kebebasannya. Para pendiri pada abad ke 19, seperti Phillip Pinel di
Perancis dan Dorothea Dix, membuat lompatan besar dengan mempromosikan
penanganan manusiawi bagi penderita penyakit mental, tetapi kondisinya masih
jauh dari ideal. Phillipe Pinel ditunjuk sebagai dokter yang mengawasi Rumah sakit
Bicetre, Paris (rumah sakit jiwa untuk pria) pada tahun 1793. Dia memutuskan
uuntuk tidak meranntai pasien gila. Dia kemudian ditempatkan di Salpetriere
(rumah sakit jiwa untuk wanita) pada tahun 1795.
ü
Tahun 1812
Benjamin
Rush (1745-1813) menjadi salah satu pengacara mula-mula yang menangani masalah
penanganan secara manusiawi untuk penyakit mental dengan publikasinya yang
berjudul Medical Inquiries and Observations Upon Diseases of the Mind. Ini merupakan buku tesk psikiatri Amerika
pertama.
Antara
tahun 1830-1860 di Inggris timbul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa
(Therapeutic Optimism). Hal ini
disebabkan berkembangkannya teori dan teknik dalam menangani orang sakit jiwa
di rumah sakit jiwa. Pada masa ini tumbuh kepercayaan bahwa penanganan di rumah
sakit jiwa merupakan hal yang benar dan cara ilmiah untuk menyembuhkan
kegilaan. Pada tahun 1842 psikiater mulai masuk dan mendapatkan peranan penting
di rumah sakit, menggantikan ahli hukum yang selama ini ternyata membuahkan
kegagalan, maka tidak lama kemudian muncul masa terapi psimisme (therapeutic
pesimism) . ini teruma dipengaruhi oleh sosialisme. Darwin menyatakan bahwa
gangguan mental adalah perkembangan evolusi sehingga merupakan bawaan dan tidak
mungkin diubah lagi.
ü
Tahun 1843
Kurang
lebih terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya ada 2.561 tempat tidur yang tersedia
untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.
ü Tahun
1908
Clifford
Beers (1876-1943) menderita manis depresif pada tahun 1900. Dia merupakan
lulusan Yale dan seorang bisnisman, yang kemudian mengalami gangguan setelah
mengalami sakit dan saudara laki-lakinya meninggal. Setelah mencoba bunuh diri,
Dia di masukkan ke rumah sakit mental swasta di Connecticut. Dia menjadi subjek
penanganan yang tidak manusiawi dan
mengalami penyiksaan fisik dan mental di bawah kekuasaan orang yang tidak terlatih dan tidak kompoten di
rumah sakit. Beers kemudian menghabiskan beberapa tahun di berbaggai negeri
Middletown, Connecticut. Penanganan tidak manusiawi yang diterimanya di
institusi ini mencetuskan keberanian untuk memperbaharui perawatan bagi
individu yang menderita penyakit mental di Amerika Serikat. Pada tahun 1908 dia
menulis buku yang berjudul A Mind That Found Itself, merupakan laporan pengalamannya
sendiri sebagai pasien sakit mental dan secara jelas menggambarkan kekejaman
lembaga perawatan. Buku tersebut memberikan akibat yang segera, menyebarakan
visinya mengenai gerakan kesehatan mental. Beers kemudian mendirikan Masyarakat
Connecticut untuk Mental Higiene yang kemudian pada tahun berikutnya berubah
menjadi Komite Nasional untuk Mental Higience (the National for Mental
Hygience). Yang merupakan pendahulu Asosiasi Kesehatan Mental Nasional sekarang
ini.
KONSEP SEHAT
Konsep sehat Menurut Freund (1991),
berdasarkan kutipan the International
Dictionary of Medicine and Biology, kesehatan adalah suatu kondisi yang
dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh
fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit, juga sampai pada kesimpulan
mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah
satu ciri kalau organisme disebut sehat. Memahami pengertian health, yang di
terjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai “kesehatan”(echols & shadily,
1981) tidaklah sesederhana seperti yang di bayangkan. Sehat dan kesehatan tidak
pernah dibahas secara eksplisit sehingga istilah kesehatan bahkan tidak
tercantum di dalam indeks buku Joesoef, 1990.
Terdapat beberapa definisi sehat
dari para ahli :
- Kepribadian sehat adalah yang memiliki orientasi produktif (Fromm).
- Manusia sehat adalah manusia yang mencapai kematangan (Allport).
- Manusia sehat adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan mencapai kebahagiaan(Maslow).
- Manusia sehat adalah yang mampu mengalahkan kecemasan dan kebutuhan neurotiknya (Horney).
- Manusia sehat adalah yang memiliki efikasi diri dan regulasi diri yang tinggi (Bandura).
4 dimensi kesehatan yang
mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang ataupun kelompok
masyarakat:
- Kesehatan Fisik. Ialah tidak merasa sakit atau tidak ada keluhan dan secara klinis tidak adanya penyakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada gangguan.
- Kesehatan Mental, mencakup 3 komponen, yaitu:
- Pikiran –> pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir dan jalan pikiran mampu berpikir logis.
- Emosional –> emosional yang sehat tercermin dari kemampuan mengekspresikan emosinya, misal sedih, gembira dll.
- Spiritual –> spiritual yang sehat tercermin dari cara mengekspresikan rasa syukur, pujian, keagungan dsb terhadap Sang Pencipta. Dapat dilihat dari praktik keagamaan atau keyakinan.
- Kesehatan Aspek Sosial. Ialah mampu berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama dsb.
- Kesehatan Asepek Ekonomi. Seseorang yang produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menjadi pemasukan finansial terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya.
PERBEDAAN
KESEHATAN MENTAL TIMUR & BARAT
Terdapat perbedaan antara konsep
kesehatan mental Timur dan Barat. Hal ini terelihat dari model-model aliran
yang berkembang di Tiur dan Barat. Model tersebut merupakan cara merekonstruksi
realita, memberikan makna kepada fenomena-fenomena alam.
Di Barat berkembang model Biomedis
yang menemukan virus dan bakteri sebagai sumber penyakit, dan memandang
kesehatan dan penyakit hanya dihubungan pada tubuh manusia saja. Sedangkan
Psikiatris lebih mendasar pada bukti fisik dari penyakit dan treatment fisik
seperti pemberian obat-obatan dan pembedahan. Sementara Psikosomatis mulai
mengembangkan bahwa kesehatan penyakit tidak hanya berkaitan dengan tubuh, akan
tetapi memiliki kesinambungan dan keterkaitan antara faktor fisik dan faktor
mental. Dan dalam model psikosomatis, tidak ada penyakit somatik tanpa
disebabkan oleh antesenden emosional dan atau sosial.
Jika dibandingkan dengan konsep kesehatan
Barat, konsep kesehatan Timur lebih bertolak pada model Holistik. Holistik
memiliki arti sempit yaitu melihat organisme manusia sebagai suatu sistem
kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan tergantung. Sedangkan dalam
arti luasnya, organism individual berinteraksiterus-menerus dengan lingkungan
fisik dan sosial yang terpengaruh oleh lingkungan tetapi juga mempengaruhi dan
mengubah lingkungannya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto.
2007. Kesehatan Mental. Yogyakarta:
Penerbit ANDI. 13-14
Dewi,
K. S. (2012). Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press
Hadjam,
M. N. R.,& Widhiarso, W. (2011). Pengujian Model Peranan Kecakapan Hidup
terhadap Kesehatan Mental. Jurnal Psikologi, 38(1), 61-72.
Atwater,
E. (1984). Psychology of Adjustment: 2nd edt Englewood Cliff:
Prentice-Hall Inc
Whitbourne,
H. (2010). Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika