Senin, 02 Desember 2013

fungsi bahasa

1
BAB I
FUNGSI BAHASA
1. Pengertian Bahasa
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.
2. Aspek Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu pula. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra.
Berarti bahasa mencakup dua bidang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya,itu. Bunyi itu juga merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (=yang diserap oleh panca indra kita, sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan
2
reaksi atau tanggapan dari orang lain).
Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Apakah seekor hewan dengan ciri-ciri tertentu dinamakan anjing, dog, hund, chien atau canis itu tergantung dari kesepakatan anggota masyarakat bahasa itu masing-masing.
3. Benarkah Bahasa Mempengaruhi Perilaku Manusia?
Menurut Sabriani (1963), mempertanyakan bahwa apakah bahasa mempengaruhi perilaku manusia atau tidak? Sebenarnya ada variabel lain yang berada diantara variabel bahasa dan perilaku. Variabel tersebut adalah variabel realita. Jika hal ini benar, maka terbukalah peluang bahwa belum tentu bahasa yang mempengaruhi perilaku manusia, bisa jadi realita atau keduanya.
Kehadiran realita dan hubungannya dengan variabel lain, yakni bahasa dan perilaku, perlu dibuktikan kebenarannya. Selain itu, perlu juga dicermati bahwa istilah perilaku menyiratkan penutur. Istilah perilaku merujuk ke perilaku penutur bahasa, yang dalam artian komunikasi mencakup pendengar, pembaca, pembicara, dan penulis.
3. 1. Bahasa dan Realita
Fodor (1974) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Dalam bahasa Indonesia kata cecak memiliki hubungan kausal dengan referennya atau binatangnya. Artinya, binatang itu disebut cecak karena suaranya kedengaran seperti cak-cak-cak. Oleh karena itu kata cecak disebut tanda bukan simbol. Lebih lanjut Fodor mengatakan bahwa problema bahasa adalah problema makna. Sebenarnya, tidak semua ahli bahasa membedakan antara simbol dan tanda.
3
Richards (1985) menyebut kata table sebagai tanda meskipun tidak ada hubungan kausal antara objek (benda) yang dilambangkan kata itu dengan kata table.
Dari uraian di atas dapat ditangkap bahwa salah satu cara mengungkapkan makna adalah dengan bahasa, dan masih banyak cara yang lain yang dapat dipergunakan. Namun sejauh ini, apa makna dari makna, atau apa yang dimaksud dengan makna belum jelas. Bolinger (1981) menyatakan bahwa bahasa memiliki sistem fonem, yang terbentuk dari distinctive features bunyi, sistem morfem dan sintaksis. Untuk mengungkapkan makna bahasa harus berhubungan dengan dunia luar. Yang dimaksud dengan dunia luar adalah dunia di luar bahasa termasuk dunia dalam diri penutur bahasa. Dunia dalam pengertian seperti inilah disebut realita.
Penjelasan Bolinger (1981) tersebut menunjukkan bahwa makna adalah hubungan antara realita dan bahasa. Sementara realita mencakup segala sesuatu yang berada di luar bahasa. Realita itu mungkin terwujud dalam bentuk abstraksi bahasa, karena tidak ada bahasa tanpa makna. Sementara makna adalah hasil hubungan bahasa dan realita.
3.2. Bahasa dan Perilaku
Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam bahasa selalu tersirat realita. Sementara perilaku selalu merujuk pada pelaku komunikasi. Komunikasi bisa terjadi jika proses decoding dan encoding berjalan dengan baik. Kedua proses ini dapat berjalan dengan baik jika baik encoder maupun decoder sama-sama memiliki pengetahuan dunia dan pengetahuan bahasa yang sama. (Omaggio, 1986).
Dengan memakai pengertian yang diberikan oleh Bolinger(1981) tentang realita, pengetahuan dunia dapat diartikan identik dengan pengetahuan realita. Bagaimana manusia memperoleh bahasa dapat dijelaskan dengan teori-teori pemerolehan bahasa. Sedangkan pemerolehan pengetahuan dunia (realita) atau proses penghubungan bahasa dan realita pada prinsipnya sama, yakni manusia memperoleh representasi mental realita melalui pengalaman yang langsung atau melalui pemberitahuan orang lain. Misalnya seseorang menyaksikan sebuah kecelakaan terjadi, orang tersebut akan memiliki representasi mental tentang kecelakaan tersebut dari orang yang langsung menyaksikannya juga akan
4
membentuk representasi mental tentang kecelakaan tadi. Hanya saja terjadi perbedaan representasi mental pada kedua orang itu.
4. Fungsi Bahasa
Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia
5
persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
4.1 Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan
6
lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku, merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
- agar menarik perhatian orang lain terhadap kita,
- keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi
Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).
4.2 Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi
7
semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
8
4.3 Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
9
4.4 Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.
5. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Bahasa bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku.
Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar?
10
5.1 Bahasa yang Baik
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu jauh berbeda.
Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan.
Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.
11
5.2 Bahasa yang Benar
Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa. Berkaitan dengan peraturan bahasa, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2)tata bahasa (kata dan kalimat), (3) kosa kata (termasuk istilah), (4), ejaan, dan (5) makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin, devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.
Pada aspek tata bahasa, mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban, bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban. Dari segi kalimat pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat atau dan objek.
(1) Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah pria.
Jika kata pada yang mengawali pernyataan itu ditiadakan, unsur tabel di atas menjadi subjek. Dengan demikian, kalimat itu benar. Pada aspek kosa kata, kata-kata seperti bilang, kasih, entar dan udah lebih baik diganti dengan berkata/mengatakan, memberi, sebentar, dan sudah dalam penggunaan bahasa yang benar. Dalam hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact), bandar udara, keluaran (output), dan pajak tanah (land tax) dipilih sebagai istilah yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil, dan pajak bumi. Dari
12
segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, objek, jadwal, kualitas, dan hierarki. Dari segi maknanya, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang sifatnya konotatif (kiasan). Jadi penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa.
Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosa kata, istilah, dan ejaan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat (Dendy Sugondo, 1999 : 21)..
Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar (Alwi dkk., 1998: 21)

by : ibu herlinda

biopsikologi prilaku terajar dan terapan



KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat & kasihnya serta petunjuknya sehingga memberikan kemampuan & kemudahan bagi kami, dalam penyusunan makalah ini.Di dalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa kami sajikan sebagai tugas nilai kami . Dimana didalam topik tersebut terdapat judul Perilaku Bawaan & Perilaku Terajar serta ada beberapa hal yang bisa kita pelajari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang Perilaku Bawaan & Perilaku Terajar menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjelasan yang lebih dalam tentang makalah ini. Oleh karena itu, kritik & saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat untuk kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses kegiataan makalah ini.






            Depok, 11 Oktober 2013

            Penulis







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ..............................................................................................1
DAFTAR ISI  ..........................................................................................................2
A. Latar Belakang................................................................................................ 3
B. Perumusan Masalah....................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 3
BAB IIPEMBAHASAN............................................................................................ 4
A. PERILAKU TERAJAR DAN BAWAAN ..........................................................4
B. PERILAKU BAWAAN.....................................................................................5
C. PERILAKU TERAJAR ...................................................................................8
D. CONTOH KASUS PERILAKU MAKAN........................................................13
BAB IV PENUTUP....................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. xii












BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Perilaku bawaan merupakan respon yang sifatnya dalam ukuran besar, ditemukan oleh jalur-jalur koordinasi saraf yang diwariskan sedangkanperilaku terajar adalah perilaku yang lebih kurang diperoleh atau dimodifikasi secara permanen sebagai akibat pengalaman individu.
Perumusan masalah dalam makalah yang berjudul Perilaku Bawaan dan Perilaku Terajar  adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku bawaan ?
2.      Apa yang dimaksud dengan perilaku terajar?
3.      Bagaimana contoh perilaku bawaan?
4.      Bagaimana contoh perilaku terajar?
5.      Bagaimana perilaku bawaan dapat terjadi?
Tujuan penulisan dalam pembuatan makalah yang berjudul Perilaku Bawaan dan Perilaku Terajar adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian Perilaku Bawaan
2.      Mengetahui pengertian Perilaku Terajar
3.      Mengetahui contoh perilaku bawaan
4.      Mengetahui contoh bawaan terajar
5.      Mengetahui dampak dari perilaku bawan








BAB II PEMBAHASAN
Perilaku Terajar dan Bawaan
Setiap Manusia, Hewan, Tumbuhan dan organisme lainnya memiliki sifat dan perilaku bawaan yang berbeda-beda dan memiliki DNA serta pola genetik bawaan dari keturunannya.

Manusia pada awal pertumbuhan dan perkembangan manusia tidak langsung mengerti berbicara, berjalan, berpakaian, berpikir secara rasional, dan lain-lain. Perilaku ini lah yang menunjukkan bahwa adanya perilaku terajar sebelum ia matang menjadi manusia seutuhnya yang siap melawan arus kehidupan yang begitu keras. Sedangkan makan, tidur, minum, menangis, marah, mempertahakan diri, mengantuk, rasa cinta, rasa keinginan untuk memiliki
, rasa sayang merupakan perilaku bawaan semenjak ia lahir di dunia. Dalam kehidupan manusia yang tidak pernah hilang dalam dirinya adalah perilaku bawaan yang dapat merusak dan dapat juga mengindahkan. Sebagai contoh, ketika bayi manusia dalam keadaan lapar, tergigit oleh semut, maka si bayi akan menangis dengan begitu keras menandakan bahwa si bayi membutuhkan makan dan bantuan dari kedua orang tuanya.
Hewan dilahirkan di dunia sudah ada yang memiliki rasa keingin tahuan sendiri tanpa diajarkan oleh sang induk. Bayi hewan sudah di hadapkan pada kehidupan untuk bertahan hidup tanpa di dampingi oleh induknya. Berbeda dengan manusia, semenjak ia lahir hampir semuanya terajarkan. Contoh seeokor anak ular, ketika ia ditetaskan oleh sang induk, sang  bayi akan dilepaskan begitu saja tanpa diajarkan cara mencari makan, minum, tempat tinggal yang nyaman, habitat aslinya dimana. Itu semua merupakan perilaku bawaan yang dapat diartikan sebagai insting atau naluri sebagai seeokor ular. Contoh lain dari perilaku terajar dan bawaan, seekor anak singa dengan insting berburunya yang siap menerkam mangsanya, tidak secara langsung ia dapat mengenali mangsanya dan trik cara berburu yang dapat melumpuhkan mangsa. Naluri untuk berburu ini perlu pengajaran dari induknya, sang induk akan memperlihakan kepada sang anak bahwa beginilah cara berburu yang baik jika ingin mendapatkan mangsa. Stimulus yang di dapatkan oleh sang anak kemudian akan diolah dalam ingatan dan gerakkan. Stimulus ini kemudian akan dihantarkan ke otak, otak akan menyimpan seperti sebuah memori komputer yang menyimpan data-data, jika diperlukan secara respon, stimulus yang tadinya telah menyimpan data-data cara perburuan ssecara otomatis akan dihantarkan kebagian seluruh angota tubuh untuk bekerja.

Tumbuhan tumbuh dan berkembang dengan bantuan beberapa faktor, seperti penyerbukan yang terjadi pada serbuk sari bunga, yang kemudian dapat melalui serangga, tawon, angin serta binatang lainnya. Pada saat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, secara naluri dia tumbuh dan mencari makan dan minum, perilaku ini merupakan perilaku bawaan. Sedangkan tumbuhan yang hidup bukan pada lingkungan yang sebenarnya, ia akan belajar terkait tentang suhu, kelembapan tanah, dan lain-lain, inilah yang dinamakan perilaku terajar. Dengan sendirinya tumbuhan tersebut belajar untuk dapat mempertahakan hidupnya.
Perilaku merupakan bentuk respon terhadap kondisi internal dan eksternal. Suatu respons dikatakan perilaku bila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus.
Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan  atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan sifat.
Perilaku bawaan
Bereaksi terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut tertentu terhadapnya. Macam-macam taksis: kemotaksis, fototaksis, magnetotaksis.
Respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang mempunyai system saraf. Refleks adalah respon otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Respon terbawa sejak lahir, artinya sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf, dan efektor yang diwariskan.
Naluri merupakan Pola perilaku kompleks yang, sebagaimana refleks, merupakan bawaan, agak tidak fleksibel, dan mempunyai nilai bagi hewan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan dengan refleksberikut ini adalah contoh perilaku bawaan adalah sebagai berikut :
1.      Tropisme
Tropisme merupakan perilaku pada tumbuhan yang tergolong dalam perilaku bawaan. Gerak Tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Tropisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu trope, yang berarti membelok. Bila gerakannya mendekati arah rangsangan disebut tropisme positif sedangkan jika gerak responnya menjauhi arah datangnya rangsangan disebut tropisme negatif. Ditinjau dari macam sumber rangsangannya, tropisme dibedakan menjadi, fototropisme, geotropisme, hidrotropisme, kemotropisme dan tigmotropisme.Contoh gerak ini adalah
• gerak batang tumbuhan ke arah cahaya
• gerak akar tumbuhan ke arah pusat bumi
• gerak akar menuju air
• gerak membelitnya ujung batang atau sulur pada jenis tumbuhan bersulu
2.      Gerak Nasti
tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Kata nasti berasal dari bahasaYunani, yaitu nastos yang berarti dipaksa mendekat. Oleh karena itu, arah gerak dari bagian tubuh tumbuhan yang melakukan gerak nasti ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri. contoh gerak nasti adalah :
•Menutupnya daun putri malu dan tumbuhan Venus karena sentuhan
•Menutupnya daun-daun majemuk pada tanaman polong-polongan saat malam hari
•Membuka
dan menutupnya bunga pukul empat
• Membuka serta menutupnya stomata
3.      GerakTaksis
Taksis adalah gerak seluruh atau bagian tubuh tumbuhan yang berpindah tempat dan arah perpindahannya dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Ditinjau dari macam sumber rangsangannya, taksis dibedakan menjadi fototaksis dan kemotaksis.
Fototaksis adalah gerak taksis yang disebabkan oleh adanya rangsangan berupa cahaya. Misalnya Klorofil (zat hijau daun) yang bergerak menuju arah datangnya cahaya. Kemotaksis adalah gerak taksis yang disebabkan oleh rangsangan berupa zat kimia. Misalnya Spermatozoa yang bergerak menuju sel telur pada peristiwa pembuahan (metagenesis) tumbuhan lumut (Bryophyta). Sel telur (ovum) mengeluarkan zat kimia (gula dan protein) yang dapat merangsang spermatozoa untuk bergerak
mendekatinya

4.      Refleks 
Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui reflex arc. Gerak refleks dapat digunakan pada pemeriksaan neurologis untuk mengetahui kerusakan atau pemfungsian dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Ada dua macam gerak refleks:
1.      Refleks otak, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf perantara yang terletak di otak, misalnya berkedipnya mata, refleks pupil mata karena rangsangan cahaya
2.      Refleks sumsum tulang belakang, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf perantara yang terletak di sumsum tulang belakang, misalnya sentakan lutut karena kaki menginjak batu yang runcing. 
Gerak refleks dapat dilatih misalnya pengulangan dari gerakan motorik pada latihan olah raga atau pengaitan dari rangsang oleh reaksi otomatis selama pengkondisian klasikal. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
5.      Naluri
Naluri atau insting adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun (filogenetik). Dalam psikoanalisis, naluri dianggap sebagai tenaga psikis bawah sadar yang dibagi atas naluri kehidupan (eros) dan naluri kematian (thanos). Misalnya pembuatan sarang laba-laba dan sarang burung.
6.      Perilaku ritme dan jam biologis
Merupakan prilaku berulang ulang pada interval tertentu yang dinyatakan sebagai ritme atrau periode. Daur prilaku ritme dapat selama dua jam atau setahun.

















Perilaku Terajar 
Perilaku terajar adalah perilaku yang lebih kurang diperoleh atau dimodifikasi secara permanen sebagai akibat pengalaman individu.
1.      Kebiasaan
Hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak beraksi terhadap stimulus berulang yang telah dibuktikan tidak merugikan. Fenomena ini dikenal dengan sebagai kebiasaan (habituasi) dan merupa
kan suatu contoh belajar sejati. Jika Anda membuat suara aneh di dekat anjing piaraan, biasanya ia akan beraksi dengan memutar kepalanya ke arah sumber bunyi tadi. Akan tetapi, jika stimulus itu diberikan berulang-ulang dan tidak terjadi apa-apa terhadap anjing itu baik yang menyenangkan atau tidak, akhirnya ia berhenti berespons. Bahwa hal ini merupakan kasus belajar sejati dan bukannya merupakan akibat adaptasi dari reseptor indra yang ditunjukan melalui kenyataan bahwa respon itu berlaku untuk waktu lama.

2.      Keterpatrian/TanggapTiruImprinting
Salah satu contoh belajar yang sangat khusus lagi nyata ialah keterpatrian. Jika seekor angsa (anak angsa) yang baru menetas dihadapkan pada sebuah benda berukuran lumayan yang bergerak dan mengelaurkan bunyi yang dapat terdengar, hewan-hewan itu akan mulai mengikutinya sebagaimana mereka mengikuti induknya selama hidupnya. Hal ini yang disebut dengan keterpatrian. Sebenarnya, bila anak angsa itu mencapai kematangan seksual, akan menjadikan benda yang dipaterikan tadi sebagai tujuan dorongan seksualnya, daripada anggota spesiesnya sendiri.

3.      Perilaku yang diperlazimkan

Bentuk perilaku terajar yang paling sederhana iala reson yang diperlazimkan. Respon ini merupakan hasil pengalaman, disebabkan oleh suatu stimulus yang berbeda dengan yang semula memicunya. Mekanisme respon ini adalah berkat penelitian yang dilakukan oleh Ivan Pavlov. Dari hasil percobaa Pavlov diperoleh bahwa penempatan makanan di dalam mulut anjing mengakibatkan mulut anjing mengeluarkan liurnya. Hal ini merupakan refleks bawan sederhana yang melibatkan saraf. Selanjutnya Pavlov menemukan bahwa jika ia membunyikan bel setiap kali ia memasukkan daging ke dalam mulut anjing, maka akhirnya anjing itu akan berliur begitu mendengar bel itu saja. Ini merupakan bentuk dari respon yang diperlazimkan. Anjing telah belajar beraksi terhadap stimulus pengganti, yaitu stimulus yang diperlazimkan.

4.      Pelaziman instrumental
Anjing yang dikekang pada sustu posisi dan respon yang diperlazimkan (pengeluaran air liur) merupakan pembawaan lahir. Tetapi prinsip pelaziman dapat juga dipakai untuk melatih hewan melakukan tugas-tugas yang bukan pembawaan lahir. Dalam hal ini, hewan tersebut ditempatkan pada sustu keadaan sehingga dapat bergerak dan melakukan sejumlah kegiatan perilaku yang berlain-lainan. Latihan seprti inilah yang dikenal dengan pelaziman instrumental dan pelaziman operan.
terakhir yang ditetapkan oleh psikolog B.F Skinner menunjukkan bahwa melalui perilakunya hewan itu beroperasi pada lingkungannya, yaitu mempengaruhi situasi. Ini juga disebut belajar mencoba-coba karena hewan tersebut bebas untuk mencoba berbagai respon sebelum menemukan yang ada imbalannya. Masalah simpang siur adalah merupan suatu bentuk instrumental yang membuat hewan dihadapkan dengan urutan alternatif. Semut dan tikus adalah merupakan  hewan yang amat pandai mengatasi jalan simpang siur ini.

5.      Motivasi
Diantara kebanyakan hewan, motivasi (dorongan) dihubungan dengan kebutuhan fisiknya. Seeekor hewan yang merasa haus akan mencari air dan yang merasa lapar akan mencari makan. Kepuasan terhadap dorongan ini merupakan kekuatan motivasi yangdibalik perilaku hewan tersebut.
Sementara kita merunut sebagian besar perilaku manusia terhadap keinginan memuaskan kebutuhan fsisik, tidak semuanya dapat diterangkan seperti di atas. Banyak hal yang kita lakukan itu tampaknya kita lakukan untuk kepentingan mereka sendiri. Kambing, kera dan simpanse pun ditemukan terlibat dalam kegiatan yang bertujuan memecah masalah kendatipun bila imbalan atau hukuman luat tidak dilibatkan. Rupa-rupanya proses itu sendiri sudah merupakan imbalan baginya.

6.      Konsep
Bila dihadapkan pada suatu masalah,mungkin kita melakukan satu atau dua usaha sembarang untuk memecahkannya dan kemudian tiba-tiba berhasil. Kita sebut respon ini wawasan. Respon yang terjadi akibat wawasan cukup berbeda dengan segala sesuatu yang telah kita pikirkan sampai sekarang. Sementara respon itu bergantung pada bahan[-bahan sebelumnya diajarkan, bagi individu hal itu sama sekali baru.
Wawasan mencakup hal-hal yang telah dikenal dengan cara-cara baru serta bergantung pada perkembangan konsep atau prinsip. Hal itu dapat digambarkan pada percobaan hipotesis seekor tikus yang ditempatkan pada pintu setengah lingkaran., tiga diantaranya dibuka sekaligus. Pintu manapun yang dibuka jika tikus itu masuk melalui pintu yang kiri atau yang kanan, hewan itu memperoleh kejutan. Jika tikus itu masuk pintu tengah, ia akan menemukan imbalan makanan. Kalaupun tikus itu harus belajar untuk segera pergi ke pintu tengah (sekalipun pintu itu menuju kejutan pada percobaan sebelumnya, maka hewan itu akan mempelajari suatu konsep. Dalam hal ini, konsep itu akan berupa gagasan hal tengah. Tikus tidak akan bereaksi terhadap stimulus khusus yang pasti melainkan terhadap gagasan. Dari pengalamnnya dengan pintu-pintu khusus, maka akan berkembanglah gagasan mengenai pintu pada umumnya.

7.      Bahasa
Selama bertahun-tahun diterima secara umum bahwa suatu ciri yang membedakan manusia dari seluruh hewan lainnya ialah penggunaan bahasanya. David Premack dan Ann memilih untuk menyelidiki potensi bahasa simpanse denga menggunakan simbol-simbol plastik berpunggung metal untuk kata-kata dan papan tulis bermagnet yang padanya dapat dihimpunkan simbol plastik tersebut sehingga membentuk kalimat. Setelah melatih bertahun-tahun, simpanse itu mempunyai perbendaharaan kiata sekitar 130 buah. Perbendaharaan kata mereka bukan hanya kata benda tapi mencakup kata kerja dan kata sifat.

8.      Memori
Jika organisme bermaksud memodifikasi perilakunya dari pengalaman, maka ia harus mampu mengingat-ingat pengalamannya itu. Sekali sesuatu dipelajari, maka memori diperlukan agar yang dipelajarinya itu tetap ada. Ada dua teori dasar tentang memori.
• Memori merupakan proses yang dinamik dimana sensasi menimbulkan impuls saraaf yang kemudian beredar untuk jangka waktu tak terbatas melalui jarring-jaring neuron dalam system saraf pusat
• Setiap sensasi yang diingat kembali mengakibatkan sedikit perubahan fisik yang ada di dalamnya
9.       Perilaku adaptif
Tekanan yang diberikan sampai kini adalah pada berbagai macam perilaku. Masing-masing bergantung pada apa yang kita sebut mesin perilaku; reseptor indra, sirkit dalam sistem saraf dan organisasi otot.
Sekarang mari kita perluas pandangan tentang perilaku, atau lebih tepatnya sekarang kita ingin mengetahui apa nilai adaptif suatu perilaku khusus dalam kehidupan hewan itu yang berakibat perilaku khusus dalam kehidupan hewan itu yang berakibat perilaku tersebut menjadi bagian penting dalam warisan evolusioner spesies bersangkutan sperti urutan asam amino dalam protein dan anatomi dalam sistem sarafnya. Hewan dihadapkan pada empat bentuk perintah yang menopang dalam hidupnya, yakni makan, mecegah jangan sampai dimakan, mampu bertahan hidup dalam kondisi fisik lingkungannya dan meneruskan gen-gennya kepada generasi berikutnya.

10.  Perilaku Makan
Makan melibatkan penentuan pilihan pada macam makanan apa yang akan dimakan pada waktu tertentu. Biasanya hewan memilih macam makanan tertentu dan memusatkan padanya sampai titik hasil yang menurun. Tujuan makan adalah mendapatkan energi, tetapi energi ini digunakan untuk mencari makanan. Jadi hewan itu berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan perbandingan (rasio) kerugian/ keuntungan dari pencarianmakan itu. Hewan itu bergeser dari satu makanan ke makanan yang lain apabila perbandingan kerugian/ keuntungan dari yang pertama menjadi lebih besar dari yang kedua.
Kerugian energi dari mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan “citra makan” untuk makan-makanan yang untuk sementara menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Untuk beberap spesies, citra mencari itu bukan merupakan perwujudan macam makanannya saja melainkan tempatnya yang khusus (umpamanya lahan yang sedang digarap) yang terus menerus memberi imbalan kepada usahanya (hampir sperti penangkap ikan berpengalaman mengetahui dimana ikan “tourt” yang besar itu agaknya bersembunyi. Alih-alih membuang energi dalam pencarian makanan yang aktif, banyak hewan menggunakan energinya untuk membangun perangkap, daya tarik dan seterusnya, yang menarik mangsanya agar berada dalam jangkaunnya.
11.  Perilaku Mempertahankan Diri
Macam perilaku mempertahankan diri sangat beragam diseluruh dunia hewan. Perilaku tersebut berkisar dari melarikan diri dari pemangsa atau dengan menggunakan senjata bertahan dan menggunakan kamuflase dan mimikri. Hewan sosial biasanya meliputi perilaku anti pemangsa operatif dalam daftarnya. Satu individu dalam kumpulan atau kawanan akan tetap waspada semnetara yang lain memakan rumput dan akan memberi isyarat alarm jika bahaya mengintai.
12.  Bertahan Hidup dalam Lingkungan Fisik
Kebanyakan hewan hanya dapat bertahan hidup dalam kisaran suhu, salinitas, kelembaban tertentu dan sebaginya. Kisaran ini agakny relatif luas bagi hewan seperti mamalia, burung yang memiliki mekanisme yang efisien dalam mempertahankan kendali homeostatis sebaliknya kisaran ini sangat sempit bagi vertebrata lain seperti ikan, amphibi serta avertebrata. Sebagai contoh, “Pill Bug” (porcellio) merupan krustase darat, tidak dapat bertahan hidup lama dalam udara kering. Pada saat kelembaban rendah, ia menaikkan laju lokomosinya. Sebaliknya ketika kelembaban meningkat, laju geraknya menurun. Akibat perilaku ini, disebut suatu kinesis, secara bertahap hewan-hewan itu berkumpul di daerah berkelembaban tinggi.. Hal ini terjadi sekalipun arah gerakannya tidak ada sangkut pautnya dengan arah daerah berkelembaban tinggi (jika demikian, responnya akan taksis).

13.  PerilakuReproduktif
Semua bentuk perilaku reproduktif merupakan hasil dan juga penyebab tenaga-tenaga evolusioner yang amat kuat. Anda dapat membayangkan bahwa gen-gen yang mengendalikan perilaku bercumbu, perilaku wilayah dan perilaku dominansi sangat dipilih, yaitu sangat mungkin diturunkan kepada generasi yang mendatang.
Pada kebanyakan spesies hewan, yang memilih jodoh ialah yang betina. Si jantan dilempar ke dalam persaingan dengan jantan-jantan yang lain utnuk jodohnya. Jadi kita menemukan jantan dari banyak spesies terlibat dalam perilaku bercumbu. Seperti perilaku bercumbu juga menjamin bahwa alat-alat reproduktif jantan dan betina (telur yang matang dan sebagainya) akan siap untuk kawin pad saat yang sama.
Jantan dari banyak spesies menentukan wilayah dari jantan lainnya untuk menarik betina untuk perkembangbiakan. Di antara mamalia, wilayh ini berfungsi sebagai tempat untuk berkembang biak dan membesarkan yang muda. Akan tetapi banyak burung mengintai wilayah yang digunakan untuk memberi makan. Mereka mempertahankan wilayah ini terhadap serbuan anggota-anggota lain spesiesnya










Contoh kasus perilaku makan pada kura-kura :
Perilaku makan
Perilaku makan tiap-tiap individu tidaklah sama. Pada kura-kura jantan porsi makannya cenderung lebih banyak. Sama halnya seperti manusia, kura-kura juga memiliki jam makan. Bila belum waktunya makan tetapi sudah diberi makan, kura-kura tidak mau menyantap makanannya, demikian juga sebaliknya jika waktu member makan melebihi dari waktu biasanya, maka kura-kura akan memakannya secara lahap.
Kura-kura brazil adalah hewan yang makan apa saja, tetapi penting untuk memberi makan mereka dengan makanan yang sesuai. Jangan memberi makan hanya satu macam saja. Berapa sering kasih makannya
Kura-kura anda akan selalu meminta-minta makanan. Kura-kura brazil memiliki nafsu makan yang sangat besar. Kebanyakan pemelihara kura-kura memberi makan yang baik setiap dua hari sekali. Berapa banyak makanan yang baik? Sampai kura-kura anda kenyang dan berhenti makan. Pemelihara lainnya memberi makan dua kali seminggu.
Masalah kura-kura tidak mau makan itu ternyata banyak sekali faktor penyebabnya, berdasarkan pengamatanda beberapa penyebab mereka tidak mau makan, yaitu :
Sudah kenyang
Ini terjadi jika terlalu sering memberi makan, mereka benar-benar tidak mau menyentuh makanan bahkan sampai makanan itu terurai dan membuat air menjadi kotor. Oleh karena itu pemberian makanan pada kura-kura sebaiknya secukupnya saja, yaitu pada pagi dan sore hari dengan jumlah disesuaikan kebutuhan mereka.
Stres, atau Merasa tidak aman
Jika mereka stres, sebaiknya kita biarkan saja terlebih dahulu agar mereka beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Nanti setelah mereka merasa aman dan nyaman, selera makan mereka akan kembali ke asal.
Makanan tidak enak
Perilaku bawaan
Bereaksi terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut tertentu terhadapnya. Pada kura-kura yang kami amati, kura-kura bergerak cepat setelah ada benda lain yang mendekatinya.
Perilaku kura-kura setelah dijemur di bawah terik matahari sangat lincah. Kura-kura tersebut terlihat lebih fresh. Jika dianalogikan dengan manusia pada pagi hari setelah berolah raga di bawah sinar matahari pagi, badan terasa lebih fit. Kura-kura brazil adalah hewan berdarah dingin yang artinya mereka tergantung pada suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya sendiri. Inilah alasannya kenapa kura-kura di alam bebas akan menghabiskan waktunya berjemur berjam-jam dibawah sinar matahari. Kehangatan penting bagi kesehatan mereka.  Matahari tidak hanya sebagai sumber panas bagi kura-kura tetapi juga sebagai sumber sinar berspektrum penuh dari infra merah ke ultraviolet yang bermanfaat bagi kura-kura. Kehangatan menimbulkan sistem kekebalan tubuh kura-kura anda. Dan juga karena kura-kura brazil mutlak membutuhkan sinar UV supaya dapat memproses makanannya dengan baik dan dapat menyerap nutrisi dari makanan.
Kura-kura memerlukan sistem pencahayaan yang dapat menghasilkan panas, berspektrum penuh dan mengandung sinar UVA dan sinar UVB. Kura-kura memerlukan sistem pencahayaan yang akan menjaga siklus siang malam dan membantu mereka memproses nutrisi dari makanan yang anda sediakan.




















Daftar pustaka